Sebelum melangkah lebih jauh, mari
kita tinjau dahulu apa arti dari sekulerisme sendiri. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, Sekularisme
atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah
sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri
terpisah dari agama atau kepercayaan, Sekularisme dapat menunjang kebebasan
beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah
rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah
agama tertentu.1
Dan dilihat Secara etimologi sekularisme berasal dari
kata saeculum(bahasa latin), mempunyai arti dengan dua konotasi waktu dan
lokasi: waktu menunjukan kepada pengertian sekarang atau kini, dan waktu
menunjuk kepada pengertian dunia atau duniawi.2 Sedangkan
sekularisme secara Terminolog sering didefinisikan sebagai sebuah konsep
yangmemisahkan antara negara (politik) dan agama (state and religion).3
Jadi dari mana sekulerisme muncul?. Bagaimanakah proses
sejarah munculnya sekulerisme?. Jadi begini, dahulu peradaban barat pernah
mengalami masa pahit, yang mereka sebut “the
dark ages”atau zaman kegelapan. Dan dimulai dari kekecewaan barat terhadap
dominasi gereja dalam segi kehidupan masyarakat yang bermula sekitar 250 tahun
yang lalu. Proses sekularisme bermula dari pergolakan pemikiran dan pertarungan
gagasan, seperti dalam kasus Copernicus,
Galileo, Darwin, Newton dan para saintis lain yang menentang gereja. Dan ada
beberapa alasan seperti tidak sesuainya (murni) agama kristen dengan yang
dibawakan oleh Nabi Isa (Yesus). Yang kemudian berlanjut dengan terjadinya
proses INQUISISI, yaitu proses penyiksaan orang-orang yang dianggap tidak sepaham
dengan gereja yang ironisnya dilakukan di ruang bawah tanah oleh anggota gereja
itu sendiri. Dan dari situlah muncul paham yang dinamakan sekuler. Yaitu, paham
yang memisahkan antara kepemerintahan dengan urusan agama.
Peradaban Barat sudah mendekati titik jenuhnya.
Layaknya sebuah Juggernaut, maka peradaban Barat saat ini mulai bergerak
tanpa arah. Globalisasi sebagai runutan sejarah tak bisa terbantahkan. “The
Wolrd is Flat”, sebagaimana dikatakan oleh Friedman.4
Dalam dunia Islam sendiri, sekulerisme dimulai ketika pada
zaman imperialisme barat terhadap dunia Islam. Ketika jatuhnya kekuasaan Turki
Usmani. Gerakan sekulerisme telah diterapkan oleh Kamal Attarturk di Turki.
Selama abad kesembilan belas,5
pemerintah menciptakan institusi sekuler yang bertujuan memperkenalkan metode
belajar, sistem hukum, dan teknik-teknik militer barat. Proses reformasi ini
disebut reorganisai mendapat perlawanan sepanjang abad. Jika turki tidak
menerima peradaban Eropa secara utuh, Turki tidak akan pernah memerdekakan
dirinya dari intervensi dan pengawasan Eropa serta akan kehilangan harga
dirinya, hak-haknya dan bahkan kemerdekaannya. Masyarakat Indonesia mengenal
Turki sebagai suatu negara berpenduduk mayoritas muslim. Kita juga mengenal
Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia
Islam selama tujuh ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya
Kekhalifahan Utsmani pada awal abad ke-20. Fenomena kehidupan masyarakat Turki
menjadi menarik ketika negara itu, yang berdiri tahun 1923, menyatakan diri
sebagai sebuah negara sekuler. Islam, yang telah berfungsi sebagai agama dan
sistem hidup bermasyarakat dan bernegara selama lebih dari tujuh abad, dijauhkan
peranannya dan digantikan oleh sistem Barat.6
Proses sekulerisme di mesir juga berlangsung setelah
masuknya penjajah Perancis pada tahun 1798 dan Inggris pada tahun 1802.7 Beberapa
tahun kemudian lahirlah tokoh-tokoh yang melahirkan pembaharuan ala barat.
Bahkan ada pula yang menyerukan kesetaraan gender, kebebasan dalam berbusana,
dan pelarangan poligami.
Di dunia Islam sekularisme bukan hanya menjadi paradigma,
ideologi, dan dogma yang diyakini kebenarannya. Sekulerisme dianggap sebagai
prasarat perubahan masyarakat dari tradisional menjadi modern. Sekulerisme
bukanlah suatu hal yang asing dalam Islam. Ibarat virus yang telah menyebar dan
tidak dapat ditanggulangi. Menurut Dr. hamid Fahmi Zarkasyi, tantangan yang
dihadapi umat Islam dewasa ini sebenarnya bukan berupa ekonomi, politik, sosial
dan budaya, tapi tantangan pemikiran. Tantangan eksternal yang sedang kita
hadapi sekarang adalah masuknya paham liberalisme, sekulerisme, pluralisme agama,
relativisme dan lain sebagainya dalam wacana pemikiran keagamaan.8
Sedangkan sekuler di Indonesia sendiri lahir ketika terjadinya polemik antara Soekarno dan Natsir
tentang hubungan antara agama dan negara yang akhirnya secara konsep bernegara
melahirkan modus viven di dalam bentuk dasar negara Pancasila.9
Kisahnya pada akhir 1930-an, Soekarno tiba-tiba menulis sebuah artikel yang memuji-muji
revolusi Turki di bawah Mustafa Kemal Pasha atau Kemal Attaturk (Kemal sang
Bapak Turki). Kata Soekarno, Attaturk telah melakukan revolusi luar biasa dalam
mengubah Kerajaan Ottoman Islam menjadi negara Turki sekuler. Menurut Soekarno,
agar negara dan agama sama-sama maju, keduanya harus dipisahkan dalam
pengurusannya.
Bahkan jika di hubungkan dengan perpolitikan di Indonesia,
sekuler tidak lepas dari pemberitaan media. Seperti yang dikatakan oleh Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Komaruddin Hidayat,
negara dengan menganut sistem sekuler lebih mampu mengurangi angka korupsi
ketimbang negara dengan kultur religius yang banyak dianut masyarakat
Indonesia.10
Ironis memang, begitulah kondisi umat Islam saat ini dengan sekularismenya.
Perkembangan sekularisme sudah seperti gurita yang telah menyebar dan membelit
kemana-mana. Hampir tidak ada sisi kehidupan umat ini yang terlepas dari
cengkeramannya. Akibatnya, umat sudah tidak menyadarinya lagi.
Satu hal yang saya ingat, Reccep Tayib Edorgan perdana
menteri Turki ketika diwawancara tentang mengislamisasian
yang dituduhkan padanya. Ia menjawab, sekuler atau tidak sebuah negara
tampaknya tidak begitu penting. Yang lebih penting adalah bagaimana 'mengisi'
negara itu. Yang terpenting adalah kontennya. Dan, ia telah membuktikan selama
10 tahun memimpin Turki, pemerintahannya adalah sangat Islami. Dengan kata
lain, pemerintahan Islam di negara sekuler.11
Daftar Pustaka:
2.
Syed Naquib Al Attas.
Islam dan Sekularisme.(Bandung:Pustaka, 1981). Hal.18-19
8.
Hamid Fahmy Zarkasyi. Liberalisasi Pemikiran Islam: Gerakan bersama Missionaris,
Orientalis dan Kolonialis. (Ponorogo: CIOS-ISID-Gontor, 2009