Life.LovEAlloh.Photograph.Me.Travelling.Dream.

Minggu, 08 Desember 2013

Sekularisme Barat dan Peradaban Islam


Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita tinjau dahulu apa arti dari sekulerisme sendiri. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan, Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.1
Dan dilihat Secara etimologi sekularisme berasal dari kata saeculum(bahasa latin), mempunyai arti dengan dua konotasi waktu dan lokasi: waktu menunjukan kepada pengertian sekarang atau kini, dan waktu menunjuk kepada pengertian dunia atau duniawi.2 Sedangkan sekularisme secara Terminolog sering didefinisikan sebagai sebuah konsep yangmemisahkan antara negara (politik) dan agama (state and religion).3
Jadi dari mana sekulerisme muncul?. Bagaimanakah proses sejarah munculnya sekulerisme?. Jadi begini, dahulu peradaban barat pernah mengalami masa pahit, yang mereka sebut “the dark ages”atau  zaman kegelapan. Dan dimulai dari kekecewaan barat terhadap dominasi gereja dalam segi kehidupan masyarakat yang bermula sekitar 250 tahun yang lalu. Proses sekularisme bermula dari pergolakan pemikiran dan pertarungan gagasan, seperti  dalam kasus Copernicus, Galileo, Darwin, Newton dan para saintis lain yang menentang gereja. Dan ada beberapa alasan seperti tidak sesuainya (murni) agama kristen dengan yang dibawakan oleh Nabi Isa (Yesus). Yang kemudian berlanjut dengan terjadinya proses INQUISISI, yaitu proses penyiksaan orang-orang yang dianggap tidak sepaham dengan gereja yang ironisnya dilakukan di ruang bawah tanah oleh anggota gereja itu sendiri. Dan dari situlah muncul paham yang dinamakan sekuler. Yaitu, paham yang memisahkan antara kepemerintahan dengan urusan agama.
Peradaban Barat  sudah mendekati titik jenuhnya. Layaknya sebuah Juggernaut, maka peradaban Barat saat ini mulai bergerak tanpa arah. Globalisasi sebagai runutan sejarah tak bisa terbantahkan. “The Wolrd is Flat”, sebagaimana dikatakan oleh Friedman.4
Dalam dunia Islam sendiri, sekulerisme dimulai ketika pada zaman imperialisme barat terhadap dunia Islam. Ketika jatuhnya kekuasaan Turki Usmani. Gerakan sekulerisme telah diterapkan oleh Kamal Attarturk di Turki. Selama  abad kesembilan belas,5 pemerintah menciptakan institusi sekuler yang bertujuan memperkenalkan metode belajar, sistem hukum, dan teknik-teknik militer barat. Proses reformasi ini disebut reorganisai mendapat perlawanan sepanjang abad. Jika turki tidak menerima peradaban Eropa secara utuh, Turki tidak akan pernah memerdekakan dirinya dari intervensi dan pengawasan Eropa serta akan kehilangan harga dirinya, hak-haknya dan bahkan kemerdekaannya. Masyarakat Indonesia mengenal Turki sebagai suatu negara berpenduduk mayo­ritas muslim. Kita juga mengenal Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia Islam selama tujuh ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya Kekhalifahan Utsmani pada awal abad ke-20. Fenomena kehidupan masyarakat Turki menjadi menarik ketika negara itu, yang berdiri tahun 1923, menyatakan diri sebagai sebuah negara sekuler. Islam, yang telah berfungsi sebagai agama dan sistem hidup bermasyarakat dan berne­gara selama lebih dari tujuh abad, di­jauhkan peranannya dan digantikan oleh sistem Barat.6


Gambar 1 Ottoman Empire Ilustrasi kejayaan Islam

Proses sekulerisme di mesir juga berlangsung setelah masuknya penjajah Perancis pada tahun 1798 dan Inggris pada tahun 1802.7 Beberapa tahun kemudian lahirlah tokoh-tokoh yang melahirkan pembaharuan ala barat. Bahkan ada pula yang menyerukan kesetaraan gender, kebebasan dalam berbusana, dan pelarangan poligami.
 
Gambar 2 Masjid Cordova yang berubah menjadi gereja

Di dunia Islam sekularisme bukan hanya menjadi paradigma, ideologi, dan dogma yang diyakini kebenarannya. Sekulerisme dianggap sebagai prasarat perubahan masyarakat dari tradisional menjadi modern. Sekulerisme bukanlah suatu hal yang asing dalam Islam. Ibarat virus yang telah menyebar dan tidak dapat ditanggulangi. Menurut Dr. hamid Fahmi Zarkasyi, tantangan yang dihadapi umat Islam dewasa ini sebenarnya bukan berupa ekonomi, politik, sosial dan budaya, tapi tantangan pemikiran. Tantangan eksternal yang sedang kita hadapi sekarang adalah masuknya paham liberalisme, sekulerisme, pluralisme agama, relativisme dan lain sebagainya dalam wacana pemikiran keagamaan.8

Gambar 3 Kejayaan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan

Sedangkan sekuler di Indonesia sendiri lahir ketika  terjadinya polemik antara Soekarno dan Natsir tentang hubungan antara agama dan negara yang akhirnya secara konsep bernegara melahirkan modus viven di dalam bentuk dasar negara Pancasila.9 Kisahnya pada akhir 1930-an, Soekarno tiba-tiba menulis sebuah artikel yang memuji-muji revolusi Turki di bawah Mustafa Kemal Pasha atau Kemal Attaturk (Kemal sang Bapak Turki). Kata Soekarno, Attaturk telah melakukan revolusi luar biasa dalam mengubah Kerajaan Ottoman Islam menjadi negara Turki sekuler. Menurut Soekarno, agar negara dan agama sama-sama maju, keduanya harus dipisahkan dalam pengurusannya.
Bahkan jika di hubungkan dengan perpolitikan di Indonesia, sekuler tidak lepas dari pemberitaan media. Seperti yang dikatakan oleh Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Komaruddin Hidayat, negara dengan menganut sistem sekuler lebih mampu mengurangi angka korupsi ketimbang negara dengan kultur religius yang banyak dianut masyarakat Indonesia.10
Ironis memang, begitulah kondisi umat Islam saat ini dengan sekularismenya. Perkembangan sekularisme sudah seperti gurita yang telah menyebar dan membelit kemana-mana. Hampir tidak ada sisi kehidupan umat ini yang terlepas dari cengkeramannya. Akibatnya, umat sudah tidak menyadarinya lagi.
Satu hal yang saya ingat, Reccep Tayib Edorgan perdana menteri Turki ketika diwawancara tentang mengislamisasian yang dituduhkan padanya. Ia menjawab, sekuler atau tidak sebuah negara tampaknya tidak begitu penting. Yang lebih penting adalah bagaimana 'mengisi' negara itu. Yang terpenting adalah kontennya. Dan, ia telah membuktikan selama 10 tahun memimpin Turki, pemerintahannya adalah sangat Islami. Dengan kata lain, pemerintahan Islam di negara sekuler.11



Daftar Pustaka:
2.     Syed Naquib Al Attas. Islam dan Sekularisme.(Bandung:Pustaka, 1981). Hal.18-19
8.     Hamid Fahmy Zarkasyi. Liberalisasi Pemikiran Islam: Gerakan bersama Missionaris, Orientalis dan Kolonialis. (Ponorogo: CIOS-ISID-Gontor, 2009